January 19, 2023No Comments

YAMIN NOSTALGIA KESUKAAN DIMAS ANGARA DARI KELAS 2 SD

Jajanan waktu kita masih sekolah pasti jadi salah satu makanan yang terus diingat. Makanan-makanan ini menempel di memori kita karena pernah menjadi bagian dari keseharian kita. Kali ini, Dimas Anggara Mengajak kita dan Derby Romero mencoba Mie Ayam dan yamien kesukaannya sejak duduk di kelas dua SD.

“Dari dulu gue sama Dimas hobinya sama: main motor, makan, main motor, makan,” kata Derby.Khas jajanan sekolah, Mie Ayam Nana merupakan gerobak kecil yang sering berjualan di depan sekolah Bakti Mulya 400, Pondok Indah. Saat ini, usaha mie ayamnya sudah dikelola oleh generasi kedua atau anak dari penjual aslinya.

“Gue SD di sini (Bakti Mulya 400), ini yamien favorit gue dari SD sampai sekarang,” kata Dimas. Dimas terlihat sudah akrab dan dekat dengan ibu penjualnya, karena ketika datang, pesanannya langsung datang. “Mi-nya langsung dateng, udah gue booking, pre-order, nih.”

Di sekitar Mi Ayam Nana, terdapat beberapa penjual lainnya, seperti Batagor Agus, Sate Madura Bang Yasin, Sekoteng, dan Soto Mie Bogor. Sekolah memang selalu menjadi lokasi strategis bagi para penjual makanan.

Karena lokasi yamien favoritnya berdekatan dengan sekolahnya dulu, Dimas tanpa sengaja juga jadi mengikuti perkembangan sekolahnya. Ia jadi tahu ketika sekolahnya direnovasi. Sambil makan yamien, Dimas sekalian nostalgia masa sekolahnya. 

“Dulu gue dari pagar depan, minta dianterin (makanan) ke situ, kita ambil terus kita bawa ke kelas,” kenang Dimas

OLEH:
DAY PINASTHIKA

EDITOR:
SEVEN

June 15, 2025No Comments

Penjualan Mobil Juni 2025 Anjlok 22%: Dampak Ekonomi Global Terasa di Otomotif RI

Pasar otomotif Indonesia sempat panas sepanjang kuartal pertama 2025, tapi data wholesales Gaikindo untuk Juni 2025 memberi tamparan realitas: hanya 57.761 unit distribusi dari pabrik ke dealer, atau terjun sekitar 22–23% (YoY) dibandingkan Juni 2024. Angka ini juga turun 4,7% dibandingkan Mei 2025, menandakan momentum pasar yang melemah.

Buat kita yang doyan otomotif, angka itu bukan sekadar statistik — itu sinyal bahwa kondisi makro dan perilaku konsumen lagi berubah. Yuk kita bongkar penyebabnya, lihat apa arti angka ini buat industri, dan coba proyeksikan arah pasar sampai paruh pertama 2026.


Review Data: Apa yang Terlihat di Angka-angka?

  • Wholesales Juni 2025: 57.761 unit (pabrik → dealer). Ini merupakan titik rendah dalam beberapa bulan terakhir.
  • Kumulatif Jan–Jun 2025: total wholesales/retail semester pertama ada di kisaran ~374.7 ribu unit, turun dibandingkan semester I 2024.
  • Beberapa merek masih bertahan kuat, namun ada pergeseran pangsa pasar — termasuk kenaikan relatif untuk beberapa model dari produsen China dan juga gejolak di segmen EV vs ICE.

Angka-angka ini jelas: pasar melemah, bukan karena satu merek saja, melainkan karena faktor makro yang lebih besar.


Faktor Penyebab Anjloknya Penjualan

  1. Sentimen Ekonomi Global & Domestik
    Perlambatan ekonomi global (pertumbuhan melambat, ketidakpastian geopolitik) berdampak pada ekspor, investasi, dan percaya diri konsumen. Kalau konsumennya ragu, beli barang besar seperti mobil jadi tertunda. Banyak laporan ekonomi yang menunjukkan peningkatan risiko downside di paruh pertama 2025 — ini terasa di pasar otomotif.
  2. Kenaikan Suku Bunga & Tekanan Inflasi
    Tingginya suku bunga membuat kredit kendaraan lebih mahal—padahal kredit masih menjadi saluran utama pembelian mobil di Indonesia. Cicilan bulanan naik berarti banyak calon pembeli menunda upgrade kendaraan. (Syarat: semakin ketat kredit → permintaan turun.)
  3. Transisi ke EV & Pilihan Konsumen yang Menunggu
    Peralihan ke kendaraan listrik memicu dilema: sebagian konsumen menunda beli ICE karena menunggu opsi EV yang lebih menarik, insentif, atau infrastruktur pengisian. Di sisi lain, beberapa EV impor/CBU dari China mulai masuk dan mengguncang pangsa pasar—tetapi ketersediaan dan harga masih jadi variabel besar.
  4. Gangguan Rantai Pasok & Siklus Produk
    Beberapa model baru menanti peluncuran, sementara ketersediaan model terlaris sempat fluktuatif. Selain itu, gangguan logistik/komponen (meskipun tidak separah puncak pandemi) masih menyisakan efek pada distribusi.
  5. Pengaruh Nilai Tukar & Biaya Impor
    Untuk model yang masih diimpor utuh (CBU), pelemahan rupiah dan biaya logistik meningkatkan harga jual atau menggerus margin, sehingga produsen menyesuaikan distribusi. Ini berpengaruh pada model-model yang mengandalkan impor.

Singkatnya: kombinasi “permintaan melemah” + “biaya kredit naik” + “ketidakpastian transisi teknologi” membuat pasar Juni keder.


Dampak Nyata di Lapangan

  • Dealer lebih berhati-hati stok barang — promo dan program kredit lebih agresif untuk menjaga permintaan.
  • Perpanjangan lead time untuk model tertentu; beberapa ATPM menunda ekspansi kapasitas.
  • Persaingan harga jadi makin tajam, terutama ketika merek-merek China memasukkan model kompetitif di segmen mass-market dan EV.

Proyeksi Paruh Pertama 2026 — Tiga Skenario (Reasoned Outlook)

Proyeksi ini bukan angka pasti—tapi skenario berbasis tren makro dan kondisi pasar sepanjang 2024–2025.

  1. Skenario Konservatif (Downside)
    Jika ekonomi global tetap melemah dan suku bunga belum turun: penjualan H1-2026 bertahan turun 5–10% dibanding H1-2025. Konsolidasi pasar, dengan preferensi beli tetap rendah.
  2. Skenario Dasar (Most Likely)
    Jika inflasi mulai mereda dan suku bunga stabil → konsumsi pulih perlahan. H1-2026 mencapai level +/- 0% sampai +5% terhadap H1-2025, didukung peluncuran model baru dan stimulus insentif EV (jika ada).
  3. Skenario Optimis (Recovery)
    Jika ada pemulihan ekonomi yang nyata + percepatan adopsi EV (dengan insentif dan infrastruktur), H1-2026 bisa naik 5–12% dibanding H1-2025 — terutama didorong oleh segmen EV dan SUV/crossover yang masih populer.

Alasannya: pembeli mobil biasanya menunggu kepastian suku bunga/inflasi dan ketersediaan model. Jika dua syarat itu mulai lebih baik, penjualan akan berebound, tetapi prosesnya tidak instan.


Apa yang Perlu Diwaspadai dan Dimanfaatkan?

Pasar otomotif Indonesia lagi bergejolak: bukan hanya soal selera produk, tapi juga soal ekonomi makro dan teknologi (EV). Untuk pelaku industri: fleksibilitas pricing, strategi kredit kreatif, dan kesiapan EV/infrastruktur adalah kunci. Untuk pembeli: ini saat pas untuk mencari promo menarik—tapi juga bijak mempertimbangkan biaya cicilan jangka panjang.

June 10, 2025No Comments

Suzuki Fronx dan Denza D9 Masuk 20 Mobil Terlaris Juni 2025: Sinyal Kuat Persaingan China di Pasar RI

Pada data wholesales Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) untuk Juni 2025, ada dua nama pendatang baru yang cukup mencuri perhatian: Suzuki Fronx dan Denza D9. Keduanya berhasil menembus daftar 20 mobil terlaris, mengindikasikan dinamika pasar yang semakin menarik – terutama dengan semakin kuatnya kehadiran merek asal China.

Sekilas Data Gaikindo Juni 2025

Menurut laporan Gaikindo, distribusi pabrik-ke-dealer (wholesales) di bulan Juni mencapai 57.760 unit, turun dibandingkan bulan sebelumnya.
Meskipun total penjualan agak melemah, persaingan antarmerek tetap seru — terutama dengan munculnya model-model baru yang agresif.

Berikut beberapa poin penting dari daftar 20 mobil terlaris Juni 2025:

  • Suzuki Fronx mencatat wholesales 1.782 unit, langsung melesat di papan atas daftar.
  • Denza D9, MPV listrik dari sub-merek BYD, meraih 1.768 unit wholesales.
  • Total wholesales sepanjang semester pertama 2025 adalah 374.740 unit, sementara retail (dari dealer ke konsumen) mencapai 390.467 unit.

Analisis: Mengapa Fronx dan Denza D9 Bisa “Meledak”?

1. Suzuki Fronx – Crossover Baru yang Menarik

  • Fronx adalah small SUV/crossover baru dari Suzuki yang belum lama diluncurkan di pasar Indonesia.
  • Posisi penjualan 1.782 unit di bulan debut menunjukkan bahwa konsumen cukup antusias terhadap SUV kompak ini.
  • Kemungkinan, Fronx menarik minat karena kombinasi desain sport, ukuran kompak (mudah dipakai di kota), dan “nilai Suzuki” yang sudah dikenal di Indonesia.

2. Denza D9 – EV Listrik Premium dari China

  • Denza D9 adalah MPV listrik murni (BEV) yang cukup berbeda: bukan sekadar city EV kecil, tapi MPV mewah yang menghadirkan kelegaan kabin dan kenyamanan.
  • Angkanya melonjak tajam: dari sekitar 630 unit per bulan sebelumnya menjadi 1.768 unit di Juni.
  • Ini menandai bahwa EV dari merek China makin mendapatkan kepercayaan konsumen Indonesia, terutama segmen yang mau naik kelas ke EV “besar”.

Kebangkitan Mobil China di Pasar Indonesia

Kedua fenomena di atas juga bagian dari tren lebih besar: mereknya China makin tancap gas di Indonesia.

  • Pada Juni 2025, sejumlah merek mobil asal China menunjukkan lonjakan.
  • Menurut data Sindonews, merek-merek seperti BYD dan Chery termasuk dalam 10 merek China terlaris di Indonesia pada bulan itu.
  • Meskipun data Gaikindo menunjukkan penurunan wholesales total, pertumbuhan model EV China cukup signifikan.
  • Selain itu, Gaikindo sendiri menargetkan BEV (mobil listrik) bisa mencapai 60.000 unit sepanjang 2025.
  • Namun, catatan penting: beberapa model China masih mengandalkan impor utuh (CBU), bukan produksi lokal — yang bisa jadi tantangan untuk margin dan ketersediaan.

Implikasi untuk Industri Otomotif di Indonesia

  1. Kompetisi Semakin Ketat
    Kehadiran Fronx dan Denza D9 memperkaya pilihan konsumen. Bukan hanya merek Jepang atau lokal, tetapi merek China kini benar-benar mengincar segmen atas (MPV mewah EV) sekaligus segmen crossover kompak.
  2. EV Makin Diminati
    Lonjakan Denza D9 dalam daftar terlaris menunjukkan bahwa pasar EV di Indonesia bukan lagi ceruk kecil. Ditambah target Gaikindo untuk 60.000 BEV di 2025, ini bisa jadi sinyal bahwa ekosistem EV akan semakin matang (meskipun ada tantangan infrastruktur dan impor).
  3. Perubahan Strategi ATPM Lokal
    Merek-merek lokal atau pabrikan Jepang mungkin perlu menyesuaikan strategi: menghadirkan EV yang lebih kompetitif, memperkuat lini SUV, atau mengoptimalkan strategi harga agar bisa bersaing dengan merek China yang agresif.
  4. Risiko dan Peluang Impor
    Ketergantungan impor (CBU) bisa jadi beban jika regulasi berubah atau biaya logistik meningkat. Di sisi lain, jika merek China mulai lokal produksi, mereka bisa meningkatkan daya saing.

Kesimpulan

  • Suzuki Fronx dan Denza D9 bukan sekadar tamu baru di daftar terlaris Gaikindo — mereka adalah pemain serius yang mulai merangsek segmen masing-masing.
  • Penjualan Fronx menunjukkan bahwa crossover kompak masih sangat potensial, terutama bagi konsumen yang ingin mobil gaya namun praktis untuk kota.
  • Sementara itu, Denza D9 menegaskan bahwa EV China, terutama segmen premium MPV listrik, mulai mendapatkan pijakan kuat di pasar Indonesia.
  • Tren kehadiran mobil China bukan sekadar sesaat: ini sinyal bahwa persaingan industri otomotif nasional semakin memanas, dengan EV sebagai salah satu medan utama.

2025 Human on Wheels. All Rights Reserved.

Back to top Arrow