Mercedes Benz sebagai produsen mobil yang cukup populer dan berasal dari Jerman memiliki segenap teknologi yang mutakhir menjadikan dia cukup futuristis dibanding produsen mobil lain. Tapi kalian semua tahu ga sih? Bahwa salah satu teknologi yang cukup menggemparkan adalah mobil terbang yang diprodusen pada tahun 90-an.
Mobil yang kita maksud diatas adalah Mercedes Benz CLR tahun 1999. Kenapa bisa dibilang sebagai mobil terbang? Pada acara balap 24hours of Le Mans ada 3 Mercedes Benz CLR yang terbang ketika melewati salah satu obstacle di lintasan tersebut dikarenakan tekanan angin dari bawah mobil yang menyebabkan mobil tersebut terangkat. Mari kita bahas permasalahan dari kejadian tersebut
Masalah di Balik Keindahan
Tapi seperti pepatah, terlalu sempurna juga bisa jadi bencana.
CLR punya wheelbase yang lebih pendek dari kompetitornya, ditambah hidung depan yang sangat tipis dan ringan demi mengurangi drag. Kombinasi ini bikin mobil luar biasa cepat di trek lurus, tapi juga membuatnya sangat sensitif terhadap perubahan aliran udara.
Dalam kondisi normal, downforce menekan mobil ke bawah. Tapi ketika mobil mendekati kecepatan 300 km/jam dan melewati tonjolan kecil di trek — udara justru masuk dari bawah bodi dan menciptakan efek lift-off.
Hasilnya? Mobil berubah jadi pesawat.

Insiden
Insiden pertama terjadi saat sesi latihan — CLR yang dikemudikan Mark Webber tiba-tiba melayang di langit, lalu mendarat dengan keras. Mercedes sempat memperbaiki dan menurunkan mobil kedua. Tapi keesokan harinya, hal yang sama terulang. Webber kembali “terbang”, kali ini lebih tinggi dan lebih dramatis.
Tim tetap bersikeras untuk balapan.
Lalu datang hari Minggu, 13 Juni 1999. Peter Dumbreck di mobil ketiga sedang melaju kencang di belakang mobil Toyota. Saat keluar dari tikungan Indianapolis dan menuju Hunaudières Straight, efek slipstream Toyota mengganggu aliran udara CLR. Dalam hitungan detik, mobil itu meluncur ke udara, jungkir balik, dan mendarat di hutan di pinggir lintasan.
Rekaman insiden itu langsung viral (di era pra-YouTube!), membuat dunia motorsport tertegun.
Akhir dari Sebuah Era
Beruntung, tidak ada korban jiwa. Tapi Mercedes-Benz langsung menarik semua unit CLR dari ajang Le Mans malam itu juga — keputusan yang menandai akhir partisipasi pabrikan bintang tiga di balapan ketahanan selama lebih dari satu dekade.
Bagi para insinyur, CLR menjadi pelajaran pahit tentang batas desain aerodinamika. Mobil ini terlalu ringan di bagian depan dan tidak punya front-end stability yang cukup untuk menghadapi turbulensi di kecepatan ekstrem. Setelah insiden ini, regulasi LMGTP diperketat dan desain mobil-mobil balap mulai lebih konservatif soal bentuk hidung dan distribusi bobot.
Mobil yang Terbang Terlalu Tinggi
Mercedes-Benz CLR bukan mobil gagal dalam arti performa, ia adalah eksperimen berani dalam mencari kecepatan absolut. Tapi eksperimen itu juga membuktikan bahwa di dunia balap, science dan instinct harus berjalan berdampingan.
Di Le Mans 1999, Mercedes belajar satu hal penting: kecepatan bukan apa-apa kalau mobil tidak bisa menempel di bumi.


